Jumat, 30 Juli 2010

Chained cat at Dongkelan, Jogja | Kucing dirantai di Dongkelan, Jogja

26 Juli 2010

Seorang staff AFJ (Animal Friends Jogja) tak sengaja menemukan kucing ini, terantai di depan sebuah rumah di Dongkelan, Jogja . Sangat lusuh, kurus dan nampaknya tak pernah mendapat sentuhan kasih sayang ataupun perawatan. Kotoran matanya menumpuk, bulu ekornya gimbal. Tidak tersedia air minum di dekatnya.
'Pemilik' kucing itu adalah seorang ibu rumah tangga, mendapatkannya dari seseorang. Ketika kami tanyakan, ibu ini beralasan bahwa kucing itu dirantai karena dia sering mengejar ayam, dia tidak mau memeliharanya di dalam rumah karena tidak ingin kucing ini buang kotoran di dalam, tidak juga dimandikan karena dia bilang kucing ini berontak & mencakar. Untuk semua alasan-alasannya itu, solusi yang ia ambil sayangnya solusi yang tidak menyelesaikan masalah, tapi justru membuat masalah baru; penganiayaan & mengotori lingkungan sekitar dengan pemandangan yang membuat miris. Rumah ibu ini tidak memiliki halaman, sehingga dia menempatkan kucing tak bernama ini di pojok teras sempitnya. Tidak terlindung dari hujan, angin dan panas matahari.
Pagi itu, dengan seijin si ibu, sempat kami bawa si kucing, yang kami beri nama Dido, ke kantor AFJ Macanan untuk kami berikan perawatan, makanan yang cukup karena saat kami peluk, sangat teraba tonjolan tulang-tulang iga, dan rencananya akan kami bawa ke dokter hewan untuk cek medis & vaksinasi jika memungkinkan. Kami juga sudah menawarkan untuk mencarikan Dido keluarga yang bisa menyayangi & merawatnya dengan layak. Sang ibu berkata akan menanyakan ke suami dulu tentang itu. Saat Dido dijemput oleh rekan untuk dipindahkan ke Macanan, kami berjumpa suami sang ibu di ujung gang & dia menyatakan tidak keberatan jika Dido kami rawat. Tetapi, beberapa jam kemudian, si ibu nampaknya berubah pikiran, mendatangi kantor AFJ Dongkelan bersama anaknya yang masih kecil dan meminta kembali kucingnya tanpa alasan yang jelas, disertai ancaman jika tidak dikembalikan saat magrib, dia akan menuntut balas, entah apa maksudnya. Kami coba ajak bicara baik-baik bahwa dia bisa membawa pulang kucingnya setelah mendapat perawatan & jika dia sanggup memberi jaminan bahwa Dido tidak akan kembali menjalani hidup di ujung rantai dan disia-siakan. Tetapi jawaban ibu ini sungguh menyentak, "Itu BARANG saya, terserah mau saya apakan BARANG saya. Kalau situ punya otak, harusnya bisa mengembalikan BARANG saya yang situ pinjam!". Kami terangkan padanya bahwa kucing itu makhluk hidup yang punya hak untuk sejahtera, dan bukan semata BARANG seperti anggapannya. Kami juga berikan brosur tentang perawatan kucing yang baik, tetapi langsung dirobek begitu saja dan kembali mengeluarkan ancaman & menuduh kami mencuri. Sungguh ironis, karena hari sebelumnya AFJ mengadakan event edukasi anak "Temanku Alam & Satwa #2" di Dongkelan, lalu di hari berikutnya si anak terpapar pandangan yang tak berhati nurani dari sang ibu, dan setiap hari menyaksikan perlakuan semena-mena terhadap kucing peliharaan di rumahnya.

Karena pertimbangan satu dan lain hal, dengan sangat terpaksa petang itu kami mendatangi rumah si ibu bersama sang kucing, dengan niat untuk memberikan penjelasan yang diperlukan & berharap ia memperkenankan Dido untuk diberikan perawatan yang layak. Tapi kami samasekali tidak diperbolehkan masuk atau diberi kesempatan bicara, hanya disuruh mengembalikan kucing itu ke 'tempatnya semula', di ujung rantai, dan dipersilakan hengkang. Si ibu bahkan hanya mau berbicara pada kami dari balik pintu yang terkunci. Kami terus mengetuk pintu, meminta waktu untuk duduk bersama & bicara baik-baik, lalu si ibu tiba-tiba keluar dari balik pintu dan merenggut Dido dengan kasar, mengambil tali & mengikat Dido kembali di teras, lalu mengusir kami. Kami tinggalkan 1 brosur lagi di teras itu dan makanan untuk Dido.

Hari itu, pendekatan langsung belum berhasil karena kerasnya hati si ibu. Malamnya kami memutuskan untuk menjumpai ketua RT setempat. Dan beliau menyatakan dukungan pada kami karena ternyata sudah ada keluhan dari tetangga, terutama karena bau tidak sedap di sekitar kucing itu dan pemandangan yang menyedihkan. Beliau berjanji untuk menegur si ibu.

27 Juli 2010
Bersama seorang dokter hewan yang bersedia membantu untuk menemui si ibu & memberikan penjelasan dari sisi medis, kembali kami datang ke rumah si ibu. Ia membiarkan dokter memeriksa kondisi si kucing, tetapi begitu dokter hewan teman kami itu menyatakan bahwa Dido malnutrisi akut & perlu perawatan intensif dan grooming, si ibu mulai lagi defensif & berujar,"Sudah selesai kan meriksanya? Sekarang pergi, itu BARANG saya, mau saya rantai, saya gantung, terserah saya!". ...

Menjelang tengah malam menjelang 28 Juli 2010
Kami memutuskan untuk selanjutnya:

1. Mengadakan pendekatan pada ketua RT-ketua RT setempat, agar si ibu bisa ditegur, & ditindak tegas jika tetap bersikeras menganiaya Dido.

2.Terus 'membangun & melancarkan kritik sosial', mengetengahkan wacana ke warga kampung tentang pentingnya menjaga kesehatan hewan peliharaan untuk kesehatan lingkungan, menggemborkan isu kesejahteraan bagi satwa.

3. Setiap hari menjenguk & memberi makan minum, perhatian, kasih sayang pada Dido dan mengabaikan 'suara tak sedap' dari si ibu.

4. Tentu kami tidak akan membiarkan Dido menderita berlama-lama, dengan berbagai cara2 kreatif, hehehe! Wait & see!
Jika teman2 bersedia mendukung, tolong bantu kami dengan mengirimkan email himbauan untuk menyelamatkan Dido dari penganiayaan ke animalfriendsjogja@gmail.com, ditujukan kepada Bapak Bagyo, Ketua RT 01 Dongkelan, Bantul, Yogyakarta.

Inilah foto-foto Dido: